Oleh: Nafi’ah al-Ma’rab
Suatu ketika saya bertemu dengan seseorang yang sangat menyenangkan sikapnya. Berkali-kali saya bertemu dan berbincang dengan orang ini, sungguh menyenangkan. Dijamin tak ada menit tanpa senyuman oleh kata-katanya. Setiap hari saya melihatnya demikian, selalu tertawa dan tersenyum.
Sampai pada suatu hari saya dikejutkan dengan tangisannya di depan saya. Tangisan yang sangat mengharu-biru, saya tak membayangkan bagaimana wajah yang selama ini ceria itu menangis.
“Jadi selama ini, kamu?”
“Ya, nggak ada yang tau tentang apa yang kurasakan, semua orang tahunya aku sosok yang ceria.”
Bukan hanya si A ini yang saya temukan demikian, beberapa orang lain ternyata juga memiliki sikap serupa. Sungguh, ada jiwa yang ambyar di balik sikap mereka yang santuy dan menyenangkan.
Kok Bisa Ya?
Sayyid Quthb dalam sebuah tulisannya menyebutkan, sesungguhnya orang yang terlihat terlalu ‘emosional’ pada sikapnya sebenarnya adalah mereka yang tidak mampu memikul beban. Sikap emosional itu muncul sebagai bentuk ketidakmampuannya menguasai dirinya sendiri.
Sungguh makjleb kata-kata ini. Saya atau siapapun kamu tentu pernah mengalami hal ini bukan? Adakalanya ‘emosi’ kita itu terbawa oleh sikap orang lain atau mungkin karena memang ada sesuatu yang kita rasakan di dalam hati sendiri. Kita coba tampil untuk menutupi semua itu dengan sikap yang berbeda, walaupun nanti setelah itu sikap kita kembali ke aslinya.
Jadi Bagaimana?
Gembira itu memang menyenangkan, tetapi selalu gembira sebenarnya jadi investasi kesedihan di kemudian hari. Hidup yang berat memang tidak akan tuntas dengan tertawa, senyum dan canda, tetapi ia butuh usaha untuk menyelesaikannya. Gembira jadi sebatas terminal untuk perhentian, mungkin kita lelah sejenak, bergembiralah untuk mengembalikan energi perjalanan hidup.
So, jangan pernah percaya dengan kegembiraan yang selalu ditampilkan orang lain, percayalah ia juga punya air mata. Sekali kita tertawa hari ini, sebenarnya kita sedang mempersiapkan satu tangisan yang sama di esok hari.
Oleh karena itu, proporsionallah. Sungguh ada jiwa yang ambyar di balik sikap santuy yang ditunjukkan seseorang, kamu merasa?
Pekanbaru/ 9 April 2020, Pukul 7:30 WIB
0 Komentar